segala penulisan di dalam entri ini di taip oleh ak...jika ingin gunakan sumber ini, sila backlink or nota kaki ke blog ini..sekian
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا
تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ
أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي
مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ
طِينٍ
Allah berfirman:` Apakah yang menghalangimu untuk
bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu? `Menjawab iblis:` Saya lebih
baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari
tanah `.(QS. 7:12)
Allah swt. bertanya kepada iblis: "Apakah gerangan yang
menyebabkan kamu membangkang perintah Kami, enggan sujud kepada Adam ketika
Kami memerintahkan yang demikian itu?" Dengan penuh kesombongan dia
menjawab: "Saya tidak pantas sujud kepada Adam untuk menghormatinya karena
saya lebih tinggi dan lebih mulia dari Adam. Saya diciptakan dari api sedang
Adam diciptakan dari tanah." Iblis menganggap api itu lebih mulia dari
tanah.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنْبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan
(dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari
tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di
antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila
telah Kami turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.(QS. 22:5)
Pada aya ini Allah SWT. menantang orang-orang yang tidak
percaya akan adanya hari kiamat dan hari berbangkit. Seandainya mereka tetap
tidak mempercayainya cobalah kemukakan dalil-dalil dan bukti-bukti yang dapat
menguatkan pendapat mereka itu. Tetapi mereka tidak dapat mengemukakannya.
Karena itu Allah SWT. menunjukkan kepada mereka di antara bukti-bukti adanya
hari kiamat dan hari berbangkit, yaitu kejadian diri mereka sendiri, mulai dari
dalam kandungan ibu, kemudian menjadi besar dan kemudian mati. Tentu saja
mengulang penciptaan manusia kembali adalah lebih mudah dari penciptaan kali.
Orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari berbangkit menganggap kebangkitan itu merupakan suatu kejadian yang mustahil terjadi. Tidak mungkin tulang belulang yang telah lapuk berserakan, daging-daging yang telah hancur luluh menjadi tanah akan kembali bersatu dalam bentuk seperti manusia sediakala. Mereka tidak percaya bahwa Allah SWT. sanggup melakukan yang demikian itu, karena menganggap Tuhan itu, pada hakikatnya mereka sendiri yang mengadakannya, hanya timbul dari khayalan mereka di waktu mereka berhadapan dengan bahaya yang berasal dari bencana alam. Kesanggupan dan kekuasaan Allah mereka ukur sama dengan kesanggupan dan kekuasaan mereka sendiri. Jika mereka merasa tidak sanggup melakukan sesuatu pekerjaan, tentu Allan tidak pula akan sanggup melakukannya. Dalam pada itu pula di antara mereka yang tidak percaya itu semata-mata karena keingkaran saja, karena ingin memperturutkan hawa nafsu dan golongan setan, padahal hati dan akal pikiran mereka mengakuinya. Mereka khawatir kedudukan dan pangkat mereka akan terancam jika mereka mengikuti kepercayaan dan agama yang dibawa oleh Muhammad saw. Karena itu mereka membantah Allah tanpa berdasar ilmu pengetahuan.
Dalam ayat ini Allah mengemukakan bukti-bukti adanya hari berbangkit itu dengan mengemukakan dua macam dalil. Pertama ialah dalil-dalil yang berhubungan dengan proses kejadian manusia dan yang kedua dalil-dalil yang berhubungan dengan proses kehidupan dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan.
Allah SWT. menerangkan proses kejadian manusia di dalam rahim ibunya dan kehidupan manusia setelah ia lahir sampai mati sebagai berikut:
1. Allah telah menciptakan manusia pertama, yaitu Adam as, adalah dari tanah. Kemudian dari Adam diciptakan istrinya Hawa, dari kedua jenis ini berkembang biak manusia dalam proses yang banyak. Dan dapat pula berarti bahwa manusia diciptakan Allah berasal dari sel mani, yaitu perkawinan sperma laki-laki dengan ovum di dalam rahim wanita. Kedua sel itu berasal dari darah, darah berasal dari makanan yang dimakan manusia. Makanan manusia ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan ada yang berasal dari binatang ternak atau hewan-hewan yang lain. Semuanya itu berasal dari tanah sekalipun telah melalui beberapa proses. Karena itu tidaklah salah jika dikatakan bahwa manusia itu berasal dari tanah.
2. Dalam ayat ini disebutkan bahwa manusia itu berasal dari "nufah". Yang dimaksud dengan "nutfah" ialah setetes mani. Setetes mani laki-laki itu mengandung beribu-ribu sperma yang tidak dapat dilihat dengan mata, tanpa menggunakan alat pembesar. Salah satu dari sperma ini bertemu dengan ovum dalam rahim wanita dengan perantaraan persetubuhan yang dilakukan oleh kedua jenis manusia itu. Pertemuan sperma dan ovum ini merupakan perkawinan yang sebenarnya, dan pada waktu itulah terjadi proses pertama dari kejadian manusia yang serupa terjadi pula pada binatang.
3. Sperma dan ovum yang telah menjadi satu itu bergantung pada dinding rahim si ibu dan setelah beberapa lama berubah menjadi segumpal darah.
4. Dari segumpal darah berubah menjadi segumpal daging.
5. Kemudian ada yang menjadi segumpal daging yang sempurna, tidak ada cacad dan kekurangan pada permulaan kejadiannya, dan ada pula yang menjadi segumpal daging yang tidak sempurna, terdapat cacat dan kekurangan. Berdasarkan kejadian sempurna dan tidak sempurna inilah menimbulkan perbedaan bentuk kejadian bentuk manusia, perbedaan tinggi dan pendeknya manusia dan sebagainya. Proses kejadian "nutfah" menjadi "alaqah" adalah empatpuluh hari, dari "alaqah" menjadi "mudgah" (segumpal daging) juga empatpuluh hari. Kemudian setelah lewat empat puluh hari sesudah ini, Allah SWT., meniupkan roh, menetapkan rezeki, amal, bahagia dan sengsara, menetapkan ajal dan sebagainya, sebagaimana tersebut dalam hadis yang bermaksud :
Orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari berbangkit menganggap kebangkitan itu merupakan suatu kejadian yang mustahil terjadi. Tidak mungkin tulang belulang yang telah lapuk berserakan, daging-daging yang telah hancur luluh menjadi tanah akan kembali bersatu dalam bentuk seperti manusia sediakala. Mereka tidak percaya bahwa Allah SWT. sanggup melakukan yang demikian itu, karena menganggap Tuhan itu, pada hakikatnya mereka sendiri yang mengadakannya, hanya timbul dari khayalan mereka di waktu mereka berhadapan dengan bahaya yang berasal dari bencana alam. Kesanggupan dan kekuasaan Allah mereka ukur sama dengan kesanggupan dan kekuasaan mereka sendiri. Jika mereka merasa tidak sanggup melakukan sesuatu pekerjaan, tentu Allan tidak pula akan sanggup melakukannya. Dalam pada itu pula di antara mereka yang tidak percaya itu semata-mata karena keingkaran saja, karena ingin memperturutkan hawa nafsu dan golongan setan, padahal hati dan akal pikiran mereka mengakuinya. Mereka khawatir kedudukan dan pangkat mereka akan terancam jika mereka mengikuti kepercayaan dan agama yang dibawa oleh Muhammad saw. Karena itu mereka membantah Allah tanpa berdasar ilmu pengetahuan.
Dalam ayat ini Allah mengemukakan bukti-bukti adanya hari berbangkit itu dengan mengemukakan dua macam dalil. Pertama ialah dalil-dalil yang berhubungan dengan proses kejadian manusia dan yang kedua dalil-dalil yang berhubungan dengan proses kehidupan dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan.
Allah SWT. menerangkan proses kejadian manusia di dalam rahim ibunya dan kehidupan manusia setelah ia lahir sampai mati sebagai berikut:
1. Allah telah menciptakan manusia pertama, yaitu Adam as, adalah dari tanah. Kemudian dari Adam diciptakan istrinya Hawa, dari kedua jenis ini berkembang biak manusia dalam proses yang banyak. Dan dapat pula berarti bahwa manusia diciptakan Allah berasal dari sel mani, yaitu perkawinan sperma laki-laki dengan ovum di dalam rahim wanita. Kedua sel itu berasal dari darah, darah berasal dari makanan yang dimakan manusia. Makanan manusia ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan ada yang berasal dari binatang ternak atau hewan-hewan yang lain. Semuanya itu berasal dari tanah sekalipun telah melalui beberapa proses. Karena itu tidaklah salah jika dikatakan bahwa manusia itu berasal dari tanah.
2. Dalam ayat ini disebutkan bahwa manusia itu berasal dari "nufah". Yang dimaksud dengan "nutfah" ialah setetes mani. Setetes mani laki-laki itu mengandung beribu-ribu sperma yang tidak dapat dilihat dengan mata, tanpa menggunakan alat pembesar. Salah satu dari sperma ini bertemu dengan ovum dalam rahim wanita dengan perantaraan persetubuhan yang dilakukan oleh kedua jenis manusia itu. Pertemuan sperma dan ovum ini merupakan perkawinan yang sebenarnya, dan pada waktu itulah terjadi proses pertama dari kejadian manusia yang serupa terjadi pula pada binatang.
3. Sperma dan ovum yang telah menjadi satu itu bergantung pada dinding rahim si ibu dan setelah beberapa lama berubah menjadi segumpal darah.
4. Dari segumpal darah berubah menjadi segumpal daging.
5. Kemudian ada yang menjadi segumpal daging yang sempurna, tidak ada cacad dan kekurangan pada permulaan kejadiannya, dan ada pula yang menjadi segumpal daging yang tidak sempurna, terdapat cacat dan kekurangan. Berdasarkan kejadian sempurna dan tidak sempurna inilah menimbulkan perbedaan bentuk kejadian bentuk manusia, perbedaan tinggi dan pendeknya manusia dan sebagainya. Proses kejadian "nutfah" menjadi "alaqah" adalah empatpuluh hari, dari "alaqah" menjadi "mudgah" (segumpal daging) juga empatpuluh hari. Kemudian setelah lewat empat puluh hari sesudah ini, Allah SWT., meniupkan roh, menetapkan rezeki, amal, bahagia dan sengsara, menetapkan ajal dan sebagainya, sebagaimana tersebut dalam hadis yang bermaksud :
Sesungguhnya awal kejadian seseorang kamu (yaitu sperma dan
ovum) berkumpul dalam perut ibunya selama 40 malam, kemudian menjadi segumpal
darah selama itu (pula) lalu menjadi segumpal daging selama itu (pula).
kemudian Allah mengutus malaikat, setelah Allah meniupkan roh ke dalamnya. maka
malaikat itu diperintahkan-Nya menulis empat kalimat, lalu malaikat itu
menuliskan rezekinya, ajalnya. amalnya, bahagia atau sengsara. (H.R. Bukhari
dan Muslim)
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ
طِينٍ
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah.(QS. 23:12)
Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Ada segolongan ahli tafsir menyatakan, bahwa
yang dimaksud dengan manusia di sini ialah keturunan Adam termasuk kita
sekalian, yang berasal dari air mani. Jika diadakan penyelidikan yang seksama,
maka sebenarnya air mani itupun berasal dari tanah setelah melalui beberapa
proses perkembangan. Makanan yang merupakan hasil bumi, yang di makan oleh
manusia, dalam alat pencernaannya berubah menjadi cairan yang bercampur dengan
darah yang menyalurkan bahan-bahan hidup dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia ke seluruh bagian anggotanya. Dan jika manusia itu meninggal dunia dan
dimasukkan ke dalam kubur di dalam tanah, maka badannya akan hancur lebur dan
kembali menjadi tanah lagi, sesuai dengan Firman Allah yang bermaksud :
Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya
Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada
kali yang lain. (Q.S. Taha: 55)
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah
Allah, Pencipta Yang Paling Baik.(QS. 23:14)
Kemudian air mani itu Kami kembangkan dalam beberapa minggu
sehingga menjadi segumpal darah, dari darah Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu ada bagian dalamnya yang Kami jadikan tulang belulang, dan
ada bagian lain unsur daging yang Kami jadikan daging, kemudian tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging, laksana pakaian penutup tubuh, kemudian Kami
jadikan makhluk yang (berbentuk) lain, setelah ditiupkan Roh ke dalamnya,
sehingga menjadi manusia yang sempurna, dapat berbicara, melihat, mendengar,
berpikir yang tadinya hanya merupakan benda mati saja. Maka Maha Suci Allah,
Pencipta Yang Paling Baik.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab r.a. berkata: Keinginanku bersesuaian dengan kehendak Tuhan pada empat perkara.
Pertama: Saya usulkan pada Rasulullah saw supaya di belakang Maqom Ibrahim dijadikan tempat salat maka turunlah Firman Allah yang bermaksud :
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab r.a. berkata: Keinginanku bersesuaian dengan kehendak Tuhan pada empat perkara.
Pertama: Saya usulkan pada Rasulullah saw supaya di belakang Maqom Ibrahim dijadikan tempat salat maka turunlah Firman Allah yang bermaksud :
Dan jadikanlah sebahagian maqom Ibrahim tempat salat. (Q.S.
Al Baqarah: 152)
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ إِذَا أَنْتُمْ بَشَرٌ تَنْتَشِرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang
berkembang biak.(QS. 30:20)
Ayat ini menerangkan adanya tanda-tanda kebesaran Ilahi pada
diri manusia itu sendiri. Manusia itu terjadi dari tanah, sedangkan tanah itu
mati tak bergerak. Sehubungan dengan kejadian manusia dari tanah itu Rasulullah
saw telah bersabda seperti berikut yang bermaksud :
Sesungguhnya Allah telah menjadikan Adam dari segumpal tanah
yang diambil-Nya dari segala macam tanah. Kemudian datanglah anak-anak Adam
menurul tanah asal mereka. Mereka ada yang putih, merah, hitam dan sebagainya;
ada pula yang jelek, baik, sederhana, bersedih dan sebagainya. (H.R. abu Daud
dan Tirmizi)
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.(QS. 30:21)
Manusia mengetahui bahwa mereka mempunyai perasaan-perasaan
tertentu terhadap jenis yang lain. Perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran itu
ditimbulkan oleh daya tarik yang ada pada masing-masing mereka, yang menjadikan
yang satu tertarik kepada yang lain, sehingga antara kedua jenis pria dan
wanita itu terjalin hubungan yang wajar. Mereka melangkah maju dan bergiat agar
perasaan-perasaan itu dan kecenderungan-kecenderungan antara laki-laki dan
wanita itu tercapai. Puncak dari semuanya itu ialah terjadinya perkaw nan
antara laki-laki dan perempuan itu. Dalam keadaan demikian bagi laki-laki hanya
istrinya itulah wanita yang paling cantik dan baik, sedang bagi wanita itu,
hanya suaminyalah laki-laki yang menarik hatinya. Masing-masing mereka merasa
tenteram hatinya dengan ada pihak yang lain itu. Semuanya ini merupakan modal
yang paling berharga dalam membina rumah tangga bahagia. Kemudian dengan adanya
rumah tangga yang berbahagia jiwa dan pikiran menjadi tenteram, tubuh dan hati
mereka menjadi tenang serta kehidupan dan penghidupan menjadi mantap,
kegairahan hidup akan timbul, dan ketenteraman bagi laki-laki dan wanita secara
menyeluruh akan tercapai.
Khusus mengenai kata-kata "mawaddah" (rasa kasih) dan "rahmah" (sayang), Mujahid dan Ikrimah berpendapat bahwa yang pertama adalah sebagai ganti dari kata "nikah" (bersetubuh, bersenggama) dan yang kedua sebagai kata ganti "anak". Jadi menurut Mujahid dan Ikrimah, maksud perkataan Tuhan: "Bahwa Dia menjadikan antara suami dan istri rasa kasih sayang ialah adanya perkawinan sebagai yang disyariatkan Tuhan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita dari jenisnya sendiri, yaitu jenis manusia, akan terjadilah persenggamaan yang menyebabkan adanya anak-anak dan keturunan. Persenggamaan adalah merupakan suatu keharusan dalam kehidupan manusia, sebegaimana adanya anak-anak adalah merupakan suatu keharusan yang umum pula. Ada yang berpendapat bahwa: "mawaddah" bagi anak muda, dan "rahmah" bagi orang tua. Sehubungan dengan mawaddah itu Allah mengutuk kaum Lut yang melampiaskan nafsunya dengan melakukan homosex, dan meninggalkan istri-istri mereka yang seharusnya kepada istri-istri itulah mereka melimpahkan rasa kasih sayang dan dengan merekalah seharusnya bersenggama. Allah SWT berfirman yang bermaksud:
Khusus mengenai kata-kata "mawaddah" (rasa kasih) dan "rahmah" (sayang), Mujahid dan Ikrimah berpendapat bahwa yang pertama adalah sebagai ganti dari kata "nikah" (bersetubuh, bersenggama) dan yang kedua sebagai kata ganti "anak". Jadi menurut Mujahid dan Ikrimah, maksud perkataan Tuhan: "Bahwa Dia menjadikan antara suami dan istri rasa kasih sayang ialah adanya perkawinan sebagai yang disyariatkan Tuhan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita dari jenisnya sendiri, yaitu jenis manusia, akan terjadilah persenggamaan yang menyebabkan adanya anak-anak dan keturunan. Persenggamaan adalah merupakan suatu keharusan dalam kehidupan manusia, sebegaimana adanya anak-anak adalah merupakan suatu keharusan yang umum pula. Ada yang berpendapat bahwa: "mawaddah" bagi anak muda, dan "rahmah" bagi orang tua. Sehubungan dengan mawaddah itu Allah mengutuk kaum Lut yang melampiaskan nafsunya dengan melakukan homosex, dan meninggalkan istri-istri mereka yang seharusnya kepada istri-istri itulah mereka melimpahkan rasa kasih sayang dan dengan merekalah seharusnya bersenggama. Allah SWT berfirman yang bermaksud:
Dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu
untukmu. (Q.S. Asy syu'ara: 166)
Dalam ayat ini Allah memberi tahukan kepada kaum laki-laki bahwa "tempat tertentu" itu ada pada perempuan dijadikan untuk laki-laki. Dalam hadis diterangkan bahwa para istri wajib melayani ajakan suaminya, kapan saja dikehendaki oleh sang suami. Jika ia menolak ajakan itu sedang dia dalam keadaan tidak terlarang, ia termasuk orang yang zalim dan berdosa besar. Nabi saw bersabda yang bermaksud :
Dalam ayat ini Allah memberi tahukan kepada kaum laki-laki bahwa "tempat tertentu" itu ada pada perempuan dijadikan untuk laki-laki. Dalam hadis diterangkan bahwa para istri wajib melayani ajakan suaminya, kapan saja dikehendaki oleh sang suami. Jika ia menolak ajakan itu sedang dia dalam keadaan tidak terlarang, ia termasuk orang yang zalim dan berdosa besar. Nabi saw bersabda yang bermaksud :
Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada
seseorang lelakipun yang mengajak istrinya untuk bercampur, tetapi ia (istri)
enggan, kecuali yang ada di langit akan marah kepada istri itu, sampai suaminya
rida kepadanya". Dalam lafal yang lain, hadis ini berbunyi: "Apabila
istri tidur meninggalkan ranjang suaminya maka malaikat-malaikat akan
melaknatinya hingga ia bangun di pagi hari". (H.R. Muslim dari Abu
Hurairah)
Dalam ayat ini Allah SWT pada ayat-ayat yang lain menetapkan ketentuan-ketentuan hidup suami istri, untuk mencapai kebahagiaan hidup dan agar ketenteraman jiwa serta kerukunan hidup berumah tangga tercapai. Apabila hal itu belum tercapai, maka mereka semestinya mengadakan introspeksi terhadap diri mereka sendiri, meneliti apa yang belum dapat mereka lakukan serta kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat, kemudian menetapkan cara yang paling baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah, sehingga tujuan perkawinan yang diharapkan itu tercapai, yaitu ketenangan, saling mencintai dan kasih sayang.
Demikianlah agungnya perkawinan itu, dan rasa kasih sayang ditimbulkannya, sehingga ayat ini ditutup dengan menyatakan bahwa semuanya itu terdapat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT bagi orang-orang yang mau menggunakan pikirannya.
Tetapi sayang, sedikit sekali manusia yang mau mengingat kekuasaan Allah yang menciptakan istri-istri bagi mereka dari jenis-jenis mereka sendiri (jenis manusia) dan menanamkan rasa cinta dan kasih sayang dalam jiwa mereka.
Dalam ayat ini Allah SWT pada ayat-ayat yang lain menetapkan ketentuan-ketentuan hidup suami istri, untuk mencapai kebahagiaan hidup dan agar ketenteraman jiwa serta kerukunan hidup berumah tangga tercapai. Apabila hal itu belum tercapai, maka mereka semestinya mengadakan introspeksi terhadap diri mereka sendiri, meneliti apa yang belum dapat mereka lakukan serta kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat, kemudian menetapkan cara yang paling baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah, sehingga tujuan perkawinan yang diharapkan itu tercapai, yaitu ketenangan, saling mencintai dan kasih sayang.
Demikianlah agungnya perkawinan itu, dan rasa kasih sayang ditimbulkannya, sehingga ayat ini ditutup dengan menyatakan bahwa semuanya itu terdapat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT bagi orang-orang yang mau menggunakan pikirannya.
Tetapi sayang, sedikit sekali manusia yang mau mengingat kekuasaan Allah yang menciptakan istri-istri bagi mereka dari jenis-jenis mereka sendiri (jenis manusia) dan menanamkan rasa cinta dan kasih sayang dalam jiwa mereka.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat; kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan
apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.(QS.
30:54)
Ayat ini ditujukan kepada orang-orang musyrik yang mengingkari adanya
hari berbangkit. dengan mengatakan "Kamu hai orang-orang musyrik
diciptakan dalam keadaan lemah; kamu berasal dari air mani, kemudian menetap
dalam rahim ibumu, kemudian lahir ke dunia. Pada saat-saat yang demikian kamu
dalam keadaan lemah, tidak berdaya, dan memerlukan bantuan dan pertolongan
orang lain, terutama ibu dan bapakmu sendiri. Dia menjadikan bagi kamu telinga
untuk mendengar, mata untuk melihat, hati untuk merasakan sesuatu dan
sebagainya, sehingga kamu menjadi dewasa dan kuat. Dalam keadaan dirimu merasa
kuat dan berkuasa kamu perserikatkan Dia dengan sesuatu yang lain, sampai pada
waktu yang ditentukan. Kemudian kamu menjadi lemah kembali, setelah mencapai
umur lanjut dalam keadaan tua bangka, tidak berdaya. Jika kamu mau
memperhatikan yang demikian itu, yaitu pada permulaannya kamu lemah, kemudian
menjadi kuat, kemudian menjadi lemah kembali, tentulah kamu akan sampai kepada
kesimpulan bahwa Dia yang kuasa dan menentukan proses kejadianmu itu, kuasa
pula membangkitkan kamu kembali pada hari kiamat. Dialah yang menciptakan
segala sesuatu menurut yang dikehendaki-Nya, Dialah yang berkuasa mengatur dan
mengurus hamba-hamba Nya dan Dia pulalah yang berkuasa mematikan, menghidupkan
dan menentukan segala sesuatu.
الَّذِي
أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ
وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ
طِينٍ
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.(QS. 32:7)
Ayat ini menerangkan bahwa Tuhan yang menciptakan, mengatur
dan mengurus langit dan bumi serta segala yang ada padanya itu, adalah Tuhan
Yang Maha Mengetahui. Dia Maha Mengetahui segala yang gaib, yang tersembunyi
dalam hati, yang akan terjadi, yang telah terjadi, mengetahui segala yang dapat
dilihat dan yang tidak dapat dilihat oleh mata. Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha
kekal rahmat-Nya dan Dia pulalah Yang menciptakan seluruh makhluk dengan bentuk
yang baik, serasi serta dengan faedah dan kegunaan yang hanya Dia saja yang
mengetahuinya.
Jika diperhatikan seluruh makhluk yang ada di alam ini sejak dari yang besar sampai kepada yang sekecil-kecilnya akan timbul dugaan bahwa di antara makhluk itu ada yang besar faedahnya dan ada pula yang dirasa tidak berfaedah dan tidak berguna sama sekali, bahkan dapat menimbulkan bahaya kepada manusia, seperti ular berbisa, hama-hama penyakit menular, tanaman yang mengandung racun dan sebagainya. Dugaan ini akan timbul jika masing-masing makhluk itu dilihat secara terpisah, tidak dalam satu kesatuan alam semesta ini.
Tetapi jika makhluk-makhluk itu dilihat dalam satu kesatuan alam semesta, yang antara satu dengan yang lain mempunyai hubungan erat, akan terlihat bahwa semua makhluk itu ada faedahnya dan kegunaannya dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian alam ini. Bahkan terlihat dengan nyata bahwa usaha-usaha sebagian manusia baik secara sengaja atau tidak yang merusak dan membunuh sebagian makhluk hidup, menimbulkan pencemaran alam ini, sehingga kelestariannya terganggu pula. Salah satu contoh ialah dengan adanya obat pembunuh hama, banyak cacing dan bakteri yang musnah. Akibatnya proses pembusukan sampah menjadi terganggu pula. Padahal bakteri dan cacing itu dianggap binatang yang tidak ada gunanya sama sekali. Penggundulan gunung dan penebangan hutan mengakibatkan tanah menjadi kurus, banyak terjadi banjir di musim hujan, dan tanah menjadi kering pada musim kemarau.
Berdasarkan hal yang di atas nyatalah bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah, ada faedahnya, tetapi banyak manusia yang tidak mau memperhatikannya.
Kemudian ayat ini menerangkan bahwa Dia menciptakan manusia dari tanah. Maksudnya ialah Allah menciptakan Adam dari tanah kemudian menciptakan anak cucu Adam dari saripati tanah yang diperoleh oleh ayah dan ibu dari makanan berupa hewan dan tumbuh-tumbuhan yang semuanya berasal dari tanah.
Jika diperhatikan seluruh makhluk yang ada di alam ini sejak dari yang besar sampai kepada yang sekecil-kecilnya akan timbul dugaan bahwa di antara makhluk itu ada yang besar faedahnya dan ada pula yang dirasa tidak berfaedah dan tidak berguna sama sekali, bahkan dapat menimbulkan bahaya kepada manusia, seperti ular berbisa, hama-hama penyakit menular, tanaman yang mengandung racun dan sebagainya. Dugaan ini akan timbul jika masing-masing makhluk itu dilihat secara terpisah, tidak dalam satu kesatuan alam semesta ini.
Tetapi jika makhluk-makhluk itu dilihat dalam satu kesatuan alam semesta, yang antara satu dengan yang lain mempunyai hubungan erat, akan terlihat bahwa semua makhluk itu ada faedahnya dan kegunaannya dalam menjaga keseimbangan dan kelestarian alam ini. Bahkan terlihat dengan nyata bahwa usaha-usaha sebagian manusia baik secara sengaja atau tidak yang merusak dan membunuh sebagian makhluk hidup, menimbulkan pencemaran alam ini, sehingga kelestariannya terganggu pula. Salah satu contoh ialah dengan adanya obat pembunuh hama, banyak cacing dan bakteri yang musnah. Akibatnya proses pembusukan sampah menjadi terganggu pula. Padahal bakteri dan cacing itu dianggap binatang yang tidak ada gunanya sama sekali. Penggundulan gunung dan penebangan hutan mengakibatkan tanah menjadi kurus, banyak terjadi banjir di musim hujan, dan tanah menjadi kering pada musim kemarau.
Berdasarkan hal yang di atas nyatalah bahwa segala sesuatu yang diciptakan Allah, ada faedahnya, tetapi banyak manusia yang tidak mau memperhatikannya.
Kemudian ayat ini menerangkan bahwa Dia menciptakan manusia dari tanah. Maksudnya ialah Allah menciptakan Adam dari tanah kemudian menciptakan anak cucu Adam dari saripati tanah yang diperoleh oleh ayah dan ibu dari makanan berupa hewan dan tumbuh-tumbuhan yang semuanya berasal dari tanah.
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air
yang hina (air mani).(QS. 32:8)
Ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT mengadakan keturunan
manusia yang pertama itu beranak dengan adanya nutfah yang berasal dari
pertemuan sel sperma laki-laki dengan sel telur perempuan.
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam
(tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.(QS. 32:9)
Kemudian di dalam rahim wanita, Allah menyempurnakan
kejadian nutfah itu, sehingga berbentuk manusia. Kemudian ditiupkan roh ke
dalamnya.
Dengan demikian bergeraklah bayi yang kecil itu. Setelah nyata kepadanya tanda-tanda hidup, Allah menganugerahkan kepadanya pendengaran, penglihatan, akal, perasaan dan sebagainya.
Manusia pada permulaan hidupnya di dalam rahim ibunya, sekalipun telah dianugerahi mata, telinga, otak, tetapi ia belum lagi dapat melihat, mendengar dan berpikir. Hal itu baru diperolehnya setelah ia lahir, dan semakin lama pancainderanya itu dapat berfungsi dengan sempurna.
Hanya sedikit manusia yang mau mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya itu.
Dengan demikian bergeraklah bayi yang kecil itu. Setelah nyata kepadanya tanda-tanda hidup, Allah menganugerahkan kepadanya pendengaran, penglihatan, akal, perasaan dan sebagainya.
Manusia pada permulaan hidupnya di dalam rahim ibunya, sekalipun telah dianugerahi mata, telinga, otak, tetapi ia belum lagi dapat melihat, mendengar dan berpikir. Hal itu baru diperolehnya setelah ia lahir, dan semakin lama pancainderanya itu dapat berfungsi dengan sempurna.
Hanya sedikit manusia yang mau mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya itu.
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ جَعَلَكُمْ أَزْوَاجًا وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَى وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِ وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُعَمَّرٍ وَلَا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلَّا فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air
mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan
tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan
dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang
berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan)
dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah
mudah.(QS. 35:11)
Pada ayat ini Allah SWT menerangkan kejadian Adam yang
menjadi nenek moyang manusia dijadikan oleh Allah SWT langsung dari tanah,
kemudian keturunannya dijadikan dari mani yang pada hakikatnya juga berasal
dari tanah, karena mani itu berasal dari makanan dan makanan yang berupa beras,
sayur-sayuran dan lain-lain berasal dari tanah. Kemudian mereka dijadikan
berpasang-pasangan, terdiri dari laki-laki dan wanita. Tidak seorang perempuan
yang mengandung atau melahirkan kecuali semuanya diketahui oleh Allah SWT, tidak
ada yang tersembunyi bagi-Nya. Sejalan dengan ayat ini Allah SWT, berfirman
yang bermaksud :
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan
dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu
pada sisi-Nya ada ukurannya. Yang mengetahui semua yang gaib dan yang nampak;
Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. (Q.S. Ar Ra'd: 8-9)
Tidak seorangpun yang telah ditetapkan berumur panjang, kecuali telah ditetapkan Allah lebih dahulu dan tertulis di Lohmahfuz, tidak akan bertambah dan tidak akan berkurang. Begitu pula orang yang telah ditetapkan berumur pendek, tidak akan lebih panjang dan tidak lebih pendek demi untuk menjaga keseimbangan di bumi supaya kemakmuran tertib jalannya. Yang demikian itu bagi Allah adalah mudah, karena Dia mengetahui segala sesuatu, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.
خَلَقَكُمْ
مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ
جَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَأَنْزَلَ
لَكُمْ مِنَ الْأَنْعَامِ ثَمَانِيَةَ
أَزْوَاجٍ يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ
خَلْقًا مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ
فِي ظُلُمَاتٍ ثَلَاثٍ ذَلِكُمُ اللَّهُ
رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ لَا
إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى
تُصْرَفُونَ
Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia
jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan
dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi
kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan
kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana
kamu dapat dipalingkan?(QS. 39:6)
Dalam pada itu Allah SWT menunjukkan tanda-tanda kekuasaan
Nya yang ada pada penciptaan diri manusia. Allah SWT menjelaskan bahwa Dia
menciptakan manusia pada mulanya seorang saja. Allah menciptakan manusia yang
beraneka ragam warna dan bahasanya dari diri Adam. Kemudian Allah menciptakan
pasangannya Hawa. Kemudian Allah menjelaskan bahwa Dia pula yang menciptakan
delapan ekor binatang ternak yang berpasang-pasangan. Kambing sepasang,
biri-biri sepasang, unta sepasang dan sapi sepasang.
Sesudah itu Allah menjelaskan lebih jauh tentang kejadian manusia selanjutnya. Manusia diciptakan dengan melalui proses kejadian demi kejadian. Proses kejadiannya yang pertama ialah sebagai nutfah, sesudah itu ditempuhnya proses demi proses sebagaimana darah kental kemudian sebagai janin. Pada saat sempurna menjadi janin itulah Allah menciptakan ruh di dalamnya sehingga menjadilah makhluk hidup. Tanda-tanda kehidupannya dapat diketahui dari detak jantungnya dengan menempelkan telinga ke perut sang ibu.
Di samping itu Allah SWT menjelaskan bahwa ketika bayi berada dalam kandungan ia berada dalam tiga kegelapan, yaitu pada bagian dalam selaput yang menutupi bayi dalam rahim sehingga terlindunglah bayi itu dari pengaruh pembusukan. Menurut pandangan mata, sepintas kilas selaput itu seakan-akan hanya selapis saja, namun bila diteliti dengan seksama, maka selaput itu ada tiga lapis; Demikian penjelasan dari dr. Abd. Aziz Basya Ismail (Cairo). (lihat Tafsir Al Maragi jilid 8, juz 23, hal. 147)
Sesudah itu Allah SWT menandaskan bahwa yang berbuat demikian itu ialah Allah Pencipta manusia dan Yang menguasai langit dan bumi serta isinya. Oleh sebab itu maka Dialah yang berhak disembah. Tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Dia, Yang Maha Esa dan tidak mempunyai sekutu.
Pada penghujung ayat Allah SWT menanyakan kepada kaum musyrikin pertanyaan yang mengandung cemoohan terhadap mereka, mengapa mereka dapat dipalingkan dari beribadah hanya kepada Allah, menjadi penyembah patung-patung, padahal mereka telah mempunyai kemampuan untuk membaca tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah yang ada di alam semesta dan ada pada diri mereka sendiri.
Sesudah itu Allah menjelaskan lebih jauh tentang kejadian manusia selanjutnya. Manusia diciptakan dengan melalui proses kejadian demi kejadian. Proses kejadiannya yang pertama ialah sebagai nutfah, sesudah itu ditempuhnya proses demi proses sebagaimana darah kental kemudian sebagai janin. Pada saat sempurna menjadi janin itulah Allah menciptakan ruh di dalamnya sehingga menjadilah makhluk hidup. Tanda-tanda kehidupannya dapat diketahui dari detak jantungnya dengan menempelkan telinga ke perut sang ibu.
Di samping itu Allah SWT menjelaskan bahwa ketika bayi berada dalam kandungan ia berada dalam tiga kegelapan, yaitu pada bagian dalam selaput yang menutupi bayi dalam rahim sehingga terlindunglah bayi itu dari pengaruh pembusukan. Menurut pandangan mata, sepintas kilas selaput itu seakan-akan hanya selapis saja, namun bila diteliti dengan seksama, maka selaput itu ada tiga lapis; Demikian penjelasan dari dr. Abd. Aziz Basya Ismail (Cairo). (lihat Tafsir Al Maragi jilid 8, juz 23, hal. 147)
Sesudah itu Allah SWT menandaskan bahwa yang berbuat demikian itu ialah Allah Pencipta manusia dan Yang menguasai langit dan bumi serta isinya. Oleh sebab itu maka Dialah yang berhak disembah. Tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Dia, Yang Maha Esa dan tidak mempunyai sekutu.
Pada penghujung ayat Allah SWT menanyakan kepada kaum musyrikin pertanyaan yang mengandung cemoohan terhadap mereka, mengapa mereka dapat dipalingkan dari beribadah hanya kepada Allah, menjadi penyembah patung-patung, padahal mereka telah mempunyai kemampuan untuk membaca tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah yang ada di alam semesta dan ada pada diri mereka sendiri.
لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar
daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.(QS.
40:57)
Pada ayat ini Allah SWT mengemukakan salah satu bukti adanya
hari berbangkit, pada Hari Kiamat nanti, Dia menerangkan bahwa menciptakan
langit dan bumi adalah lebih berat dan sukar dibanding dengan menciptakan
manusia, baik pada waktu pertama kali menciptakannya maupun pada waktu
mengulang kembali penciptaannya. Langit dan Bumi beserta segala isinya tidak
terhingga luas dan besamya, tidak terhitung jumlah planet-planet yang di
dalamnya, tidak terhitung jumlah binatang dan tumbuh-tumbuhan yang ada padanya,
gunung-gunung dan sungai-sungai yang mengalir dan tidak terhafal oleh manusia
hukum-hukum dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengannya. Karena itulah
jangan sekali-kali orang-orang musyrik mengira bahwa Allah SWT yang telah
menciptakan langit dan bumi serta manusia yang di dalamnya, tidak sanggup
membangkitkan manusia kembali pada Hari Kiamat atau menghidupkan kembali
orang-orang yang telah mati. Tidak sesuatu pun yang sukar bagi Nya, semua mudah
bagi Nya.
Mereka dengan pertolongan Allah dan pertolongan amal saleh mereka di dunia dapat mengatasi segala kesulitan dan menyelamatkan diri dari segala macam bahaya, sampai mereka masuk surga di mana berakhirlah segala macam kesulitan dan kesedihan Muka mereka putih berseri-seri karena merasa gembira dan bahagia sebagai tersebut pada ayat yang bermaksud :
Mereka dengan pertolongan Allah dan pertolongan amal saleh mereka di dunia dapat mengatasi segala kesulitan dan menyelamatkan diri dari segala macam bahaya, sampai mereka masuk surga di mana berakhirlah segala macam kesulitan dan kesedihan Muka mereka putih berseri-seri karena merasa gembira dan bahagia sebagai tersebut pada ayat yang bermaksud :
Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira
ria. (Q.S. Abasa: 38-39)
أَلَمْ نَخْلُقْكُمْ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?,(QS.
77:20)
Setelah pernyataan azab berat kaum yang mendustakan Nabi dan
ajaran agama, maka pada ayat ini Tuhan mengingatkan kembali dengan suatu
pertanyaan "tidakkah manusia itu dijadikan dari setetes air yang
hina?".
فَجَعَلْنَاهُ فِي قَرَارٍ مَكِينٍ
Air yang hina yang disebut mani ini tersimpan dalam tempat
yang kokoh yakni rahim ibu. Di situlah mani sang ayah dengan sel telur ibu
bercampur dan mengikuti proses kejadian tahap demi tahap yang diatur dengan
sangat rapih dan teliti oleh yang Maha Kuasa.
إِلَى قَدَرٍ مَعْلُومٍ
sampai waktu yang ditentukan,(QS. 77:22)
Setelah cukup waktu yang ditetapkan, maka lahirlah calon
manusia itu dalam bentuk bayi.
فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ
lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik
yang menentukan.(QS. 77:23)
Dan dalam urusan mengatur dan menetapkan masa lamanya si
anak "tersimpan" dalam rahim itu dan kemudian menetapkan bila dia
harus lahir sebagai anak yang sempurna ke alam ini, adalah urusan Allah semata.
Manusia boleh mengetahui lewat pikirannya, namun soal pengaturannya tetaplah di
tangan Yang Maha Kuasa itu. Dan terhadap soal ini Tuhan menegaskan bahwa Dia
lah sebaik-baiknya yang menentukan.
Betapa tepat, indah dan harmonisnya kejadian manusia yang diciptakan-Nya itu dapat kita bandingkan umpamanya dengan bentuk dan rupa hewan. Sekalipun jenis makhluk hewan itu tidak ada yang cacat maupun yang janggal menurut penglihatan kita, namun ciptaan dan susunan anatomi tubuh manusia tetap jauh lebih sempurna, indah dan menarik dibandingkan dengan segala makhluk hidup yang ada. Dengan merenungkan hal itu, barulah kita menyimpulkan bahwa memang Tuhanlah yang sebaik-baik menentukan.
Ayat ini mengandung ajakan bagi manusia untuk berpikir dan menyimpulkan sikap hidupnya terhadap Zat yang menjadikan itu. Apakah tidak patut manusia bersyukur dan berterima kasih kepada-Nya?. Apakah tidak selayaknya kalau manusia menanggalkan sikap ingkar dan keras kepalanya setelah ia menyadari sepenuhnya betapa kasih sayang Tuhan, betapa Tuhan telah membimbing kehidupan ini dengan mengirim Rasul-Nya guna mengajarkan ajaran tentang keesaan-Nya ?
Betapa tepat, indah dan harmonisnya kejadian manusia yang diciptakan-Nya itu dapat kita bandingkan umpamanya dengan bentuk dan rupa hewan. Sekalipun jenis makhluk hewan itu tidak ada yang cacat maupun yang janggal menurut penglihatan kita, namun ciptaan dan susunan anatomi tubuh manusia tetap jauh lebih sempurna, indah dan menarik dibandingkan dengan segala makhluk hidup yang ada. Dengan merenungkan hal itu, barulah kita menyimpulkan bahwa memang Tuhanlah yang sebaik-baik menentukan.
Ayat ini mengandung ajakan bagi manusia untuk berpikir dan menyimpulkan sikap hidupnya terhadap Zat yang menjadikan itu. Apakah tidak patut manusia bersyukur dan berterima kasih kepada-Nya?. Apakah tidak selayaknya kalau manusia menanggalkan sikap ingkar dan keras kepalanya setelah ia menyadari sepenuhnya betapa kasih sayang Tuhan, betapa Tuhan telah membimbing kehidupan ini dengan mengirim Rasul-Nya guna mengajarkan ajaran tentang keesaan-Nya ?
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia
diciptakan?(QS. 86:5)
Pada ayat ini Allah memerintahkan, hendaklah manusia memperhatikan dari apakah ia diciptakan. Hal ini berarti bahwa Allah memerintahkan manusia berpikir dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh dari apa ia dijadikan sehingga kemudian ia dapat mengetahui kekuasaan penciptanya dan dengan demikian dapat mengetahui pula bahwa bila penciptanya dapat menjadikan dari bahan yang tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya kehidupan sedikitpun, maka tentulah Ia akan lebih mudah menghidupkannya kembali.
خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ
Dia diciptakan dari air yang terpancar,(QS. 86:6)
Dalam ayat-ayat ini Allah menerangkan bahwa manusia itu
dijadikan-Nya dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan
tulang dada laki-laki. Pernyataan Allah ini adalah sebagai jawaban atas
pertanyaan pada ayat terdahulu.
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia telah menjadikan
manusia makhluk ciptaan-Nya yang paling baik; badannya lurus ke atas, cantik
parasnya, mengambil dengan tangan apa yang dikehendakinya; bukan seperti
kebanyakan binatang yang mengambil benda yang dikehendakinya dengan perantaraan
mulut. Kepada manusia diberikan-Nya akal dan dipersiapkan untuk menerima
bermacam-macam ilmu pengetahuan dan kepandaian; sehingga dapat berkreasi
(berdaya cipta) dan sanggup menguasai alam dan binatang.
Tetapi manusia kadang-kadang lupa akan dasar perbedaannya dan mengira bahwa dia tidak berbeda dengan binatang lainnya. Lalu ia melakukan hal-hal yang bertentangan dengan akal yang sehat dan tidak sesuai dengan fitrahnya. Dikumpulkannya perhiasan dunia dan apa saja yang sanggup dicapainya untuk memenuhi hawa nafsunya. Dilupakan semua yang bermanfaat baginya untuk kebahagiaan hidup di hari kemudian dan tidak dihiraukannya apa yang dianjurkan oleh Tuhannya yang akan menyampaikannya kepada kebahagiaan yang kekal abadi; sesuai dengan maksud firman Allah dalam ayat lain bermaksud :
Tetapi manusia kadang-kadang lupa akan dasar perbedaannya dan mengira bahwa dia tidak berbeda dengan binatang lainnya. Lalu ia melakukan hal-hal yang bertentangan dengan akal yang sehat dan tidak sesuai dengan fitrahnya. Dikumpulkannya perhiasan dunia dan apa saja yang sanggup dicapainya untuk memenuhi hawa nafsunya. Dilupakan semua yang bermanfaat baginya untuk kebahagiaan hidup di hari kemudian dan tidak dihiraukannya apa yang dianjurkan oleh Tuhannya yang akan menyampaikannya kepada kebahagiaan yang kekal abadi; sesuai dengan maksud firman Allah dalam ayat lain bermaksud :
“(Yaitu) pada hari harta dan anak laki-laki tidak berguna,
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih". (Q.S
Asy Syu'ara': 88-99)
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ
Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka),(QS. 95:5)
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa jiwa manusia tersebut
telah dikuasai oleh kejahatan, terbenam dalam, kesesatan, lupa akan fitrah
kejadiannya, terpengaruh oleh nafsu kebinatangannya dan terjerumus ke dalam
jurang keonaran dan dosa. Kecuali orang-orang yang tetap pada fitrahnya, yaitu
orang-orang yang dilindungi dan dipelihara oleh Allah.
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
Dalam ayat ini Allah mengungkapkan cara bagaimana ia
menjadikan manusia, yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia dijadikan Allah
dari sesuatu yang melekat dan diberinya kesanggupan untuk menguasai segala
sesuatu yang ada di bumi ini serta menundukkannya untuk keperluan hidupnya
dengan ilmu yang diberikan Allah kepadanya. Dan Dia berkuasa pula menjadikan
insan kamil di antara manusia, seperti Nabi SAW. yang pandai membaca walaupun
tanpa belajar.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan